Nuansa Idul Fitri masih terasa hingga sekarang. Sudahkah kita menjadikannya sebagai momen untuk memuhasabahi diri? Apakah kita layak bergembira merayakan Idul Fitri yang sering dimaknai dengan ‘kembali ke fitrah’ dan juga sebagai ‘hari kemenangan’?
Secara bahasa fithrah berarti al-khilqah (naluri, pembawaan) dan ath thabi’ah (tabiat, karakter) yang diciptakan Allah swt. pada manusia. (Jamaluddin al Jauzi, Zad al-Masir, VI/151; az-Zamakhsyari, al-Kasysyaf,III/463).
Oleh karena itu, secara bahasa Idul Fitri bisa diterjemahkan sebagai ‘kembali ke naluri/pembawaan yang asli’. Di antara naluri/pembawaan manusia yang asli adalah adanya naluri beragama (gharizah at-tadayyun) pada dirinya. Dengan demikian, kembali ke fitrah adalah kembalinya manusia ke jatidirinya yang asli sebagai seorang hamba di hadapan Allah sebagai Tuhannya. Menurut Imam Ja’far ash-Shadiq, seorang muslim yang mengklaim sebagai hamba Allah harus menyadari bahwa:
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Saat ini justru Kapitalisme-lah—dan bukan islam—yang diterapkan di tengah-tengah kehidupan umat Islam saat ini.
Padahal fakta telah membuktikan bahwa peraturan-peraturan yang dibuat manusia—karena lebih didasarkan pada hawa nafsunya—telah menimbulkan banyak efek negatif, kerusakan dan kekacauan. Dan itulah yang terjadi saat ini ketika hak membuat aturan/hukum diberikan kepada manusia (rakyat) melaului mekanisme demokrasi. Maha Benar Allah yang berfirman:
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang yang yakin? (TQS al-Maidah [5]: 50)
Idul Fitri juga sering dimaknai sebagai hari kemenangan. Rasulullah dan para Sahabat pada bulan Ramadhan justru berhasil memenangkan peperangan dalam melawan musuh-musuh islam., di antaranya yakni dalam perang Badar, Fath Makkah (Penakhlukan Makkah), serta Pembebasan Andalusia. Kemenangan Perang Badar telah memperkuat kondisi kaum muslimin di dunia internasional saat itu, terutama di jazirah Arab; bahwa negara baru yang dibangun kaum Muslim, Daulah Islam, adalah negara kuat yang tidak bisa disepelekan. Kondisi ini tentunya menimbulkan rasa aman pada seluruh warga Daulah Islam.
Bandingkan dengan kondisi kaum muslim saat ini. Negeri-negeri Islam terpecah belah menjadi beberapa negara kecil yang lemah. Kondisi ini membuat musuh-musuh Allah dengan gampang dan sombong membantai dan membunuh kaum Muslim serta mengeksploitasi kekayaan alamnya dengan rakus; tanpa ada pelindung sama sekali.
Beberapa hal yang patut kita teladani dari shaum generasi para Sahabat ini antara lain:
para shabat tidak hanya melakukan tadarus al-Qur’an, tetapi juga mengamalkannya.Sebab, para sahabat memahami bahwa membaca al-Qur’an adalah sunnah, sementara menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup mereka adalah wajib.
para sahabat tidak hanya menahan dari lapar dan haus tetapi juga terhadap segala hal yang diharamkan Allah;tidak berdusta, tidak berbuat bathil, tidak membuat kerusakan, tidak membiarkan orang lain berbuat bathil serta membuat kerusakan, yakni dengan jalan berdakwah.
para sahabat telah nyata-nyata menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan taubat. Taubat mereka adalah tawbatan nasuha, taubat yang sebenar-benarnya. Tidak lagi melakukan maksiat meski Ramadhan telah berlalu. Menjadikan dirinya bertaqwa—tunduk dan patuh terhadap syariat islam—serta menerapkan syari’at islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Karena itu, dalam momentum Idul Fitri ini, yang berarti kembali ke fitrah, sudah selayaknya kaum Muslim segera kembali menerapkan syari’at-syari’at islam—yang memang sesuai dengan fitrah manusia—dalam seluruh aspek kehidupan.
Karena itu, pada Hari Kemenangan ini, sudah sepatutnya pula kita berjanji kepada Allah, Rasul-Nya, seta kaum Muslim untuk mengerapkan segenap upaya, secara damai, demi tegaknya syariah allah di muka bumi. Kita mohon kepada Allah denagn sungguh-sungguh agar Ia memberikan pertolongan kepada kita semua dalam mewujudkan hal ini sehingga kaum Muslim merasakan kegembiraan yang hakiki karena meraih kemenangan yang hakiki, sebagaimana difirmankan Allah:
Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dialah yang Maha perkasa lagi Maha Penyayang. (TQS ar-Rum [30]4-5).
^_^
Read More…